.:About Me:.

My photo
Kemang, Jakarta Selatan, Indonesia
just a simple person =)

Monday, December 29, 2008

L-O-V-E

"CINTA...?"

"Apa sih cinta itu sebenarnya?Gimana si rasanya cinta?"

Pertanyaan yang mungkin hanya terucap secara tidak sengaja dan bermaksud guyonan yang diucapkan oleh seorang kawanku terus terngiang-ngiang terdengar ditelinga-ku sejak tadi pagi itu mulai mengganggu otak-ku. Hmmm...perasaan yang sudah lama tak kurasakan setelah 2,5 tahun yang lalu dia pergi dari dalam kehidupanku dan mungkin aku sudah lupa bagaimana rasanya cinta itu :D. Aneh sepertinya..tapi memang itulah yang aku rasakan sekarang ini. Rite, sebuah perasaan hampa yang sampai detik ini belum ada seorangpun yang bisa mengisinya. Padahal aku sudah berusaha untuk membuka hati-ku, tapi entahlah...walau saat ini, sudah sembilan bulan lebih aku menjalani hubungan dengan seseorang dan berusaha untuk mencintainya secara utuh, tetap saja aku belum bisa mencintai dia sepenuhnya. Sometimes, aku merasa lelah rasanya seperti ini dan sangat ingin menyudahinya karna aku tak mau terus-terusan membohongi perasaanku tapi aku selalu berusaha untuk mempertahankannya karna aku ingin mengalahkan semua perasaan yang telah membelenggu hatiku. Pertanyaan "kenapa si aku terlalu mencintai dia sampai saat dia pergi dari dalam hidupku pun aku tak bisa memberikan cinta itu kepada orang lain?" membuatku kadang terpacu untuk melawan rasa yang terus membelenggu hatiku. Kata orang perasaan cinta itu bisa tumbuh jika kita terus memupuknya, atau sering orang jawa bilang "witing tresno jalaran soko kulino" tapi kenapa itu terasa sangat sulit buatku padahal aku sudah berusaha untuk memupuknya. Tuhan..tolong bantu aku untuk menumbuhkan perasaan ini kembali, Amin.

Monday, December 22, 2008

Happy Mother's Day, Mom!

Selamat Hari Ibu, Ma :)
Sedari pagi topik yang kubaca di postingan beberapa forum, blog dan berita-berita di internet semuanya berkenaan dengan "Ibu". Hmmm...jadi merasa sedih dan sensitif kalau sudah bersangkutan dengan topik yang membahas soal mama, bunda, ibu, atau apalah sebutan lain untuk wanita yang telah mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan kita. Sepuluh tahun sudah aku hidup tanpa seorang ibu disisiku. Rite, seorang wanita yang menurutku paling sempurna, paling berarti, dan paling kusayangi dalam hidupku ini telah pergi dan tak kan pernah kembali lagi ke dunia ini. Sometimes, ada rasa iri dihati ketika melihat seorang anak memeluk manja ibunya. Aku memang sangat menyayangi dan mencintai beliau, namun apalah dayaku Tuhan lebih menyayanginya sehingga Dia memanggil mama ku lebih cepat. Tapi kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupku membuat aku merasa lebih survive, lebih kuat, lebih mandiri dan lebih peka terhadap sesuatu yang terjadi. Tuhan memang selalu memberikan hikmah dalam setiap kejadian yang terjadi pada umatnya. Jadi, untuk kalian yang lebih beruntung dari aku, sayangi, cintai, jaga dan jangan pernah sakiti hati ibu yang telah mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan kita, karna percaya atau tidak, Surga berada ditelapak kaki Ibu, restu yang diberikan dari seorang ibu adalah restu dari Tuhan juga. Huffffhhh,,, enough-lah bukan saatnya lagi untuk bersedih-sedih karna aku sudah belajar meng-ikhlaskan kepergian beliau. Aku percaya beliau bahagia disisi-Nya dan aku percaya suatu saat nanti kita akan bertemu kembali disana :)
"Happy mother's day,mom! I always love u n I always pray for u, mom"

Monday, December 1, 2008

1st Day on December 2008

Hari pertama di bulan terakhir tahun dua ribu delapan.

Hmmm...Pasti saat terbangun dari tidur di pagi hari kita selalu saja punya harapan dan rencana baru. Begitupun dengan aku, saat aku bangun pagi tadi saat melihat jam dan kalender di ponsel aku baru sadar kalau hari ini adalah hari pertama di penghujung tahun. Dan seperti biasa kalau bangun tidur aku memerlukan waktu untuk melamun (pekerjaan bodoh yang membuang waktu lebih dari setengah jam) tapi itu selalu aku lakukan di pagi hari, dan berderet panjanglah sederet harapan, keinginan dan rencana aku yang belum terwujud selama 11 bulan ini. Pengen ini - pengen itu, ngarep ini - ngarep itu, mau begini mau begitu, namanya juga manusia cuma bisa minta, minta, dan minta sama yang punya kuasa. Tapi rencana, harapan dan keinginan kita itulah yang selalu buat kita jadi semangat untuk mewujudkan semua impian kita. Cuz tanpa itu pasti kita tidak akan punya tujuan hidup dan yang ada hidup kita cuma begitu-begitu saja dan tidak akan pernah maju.

Sunday, November 23, 2008

Sunday

Kalau mendengar kata "sunday" sepertinya identik sekali dengan yang namanya libur,, weekend,, bersantai-santai,, bangun siang,, bebas dari rutinitas dan sebagainya yang menurut sebagian orang menjemukan dan membosankan. Tapi bagi aku semua hari itu sama saja sebenernya, yang membedakan hari itu spesial atau tidak itu adalah jika ada sebuah kejadian atau moment yang bisa buat aku tersenyum, tertawa, sedih, speechless, boring dan sebagainya.
Kadang aku merasa hari itu cepat sekali berlalu tanpa satu hal bermanfaatpun yang aku kerjakan. Pernah tidak sih kita sekali saja berpikir kalau banyak sekali kita buang waktu yang sama sekali tidak bermanfaat untuk hidup kita sendiri?. Sebenarnya, aku sendiripun sadar bahwa banyak sekali waktu yang kuhabiskan dengan begitu saja, sia sia, tidak bermanfaat dan sederet kata lagi entahlah apa itu namanya. Nongkrong-nongkrong, ngopi-ngopi, ngobrol ngalor ngidul (kata org jawa), ketawa-ketiwi tidak jelas dan banyak lagi kegiatan yang menurut aku tidak bermanfaat sama sekali hanya sekedar bersosialisasi.
Hmmm...pengen deh nyoba untuk sehari saja memanfaatkan waktu dengan semaksimal mungkin, tapi kira-kira bisa tidak yah?. Apa salahnya kalau aku mencoba untuk itu, sayangkan kalau Tuhan sudah memberikan waktu 1 hari = 24 jam supaya kita sebagai manusia memanfaatkannya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, tapi sebaliknya kita hanya menyia-nyiakan waktu tersebut dengan begitu saja. Lets we'll try it!

Sunday, October 26, 2008

Acceptance - Before - Change

Dari beragam kompleksitas peristiwa, situasi, masalah dalam kehidupan kita, maukah Anda berkenalan dengan dua elemen yang senantiasa hadir dan berdansa satu sama lain, sepanjang hidup Anda? Kedua hal ini bagaikan mitra abadi yang bernama ‘perubahan’ dan ‘penerimaan’.

Kita semua tentu pernah mengalami masalah karier, masalah rezeki, masalah percintaan, masalah kesehatan (penyakit) serta segala masalah hidup. Tentunya dalam setiap masalah, mencari perbedaan adalah mudah, karena dalam setiap jenis masalah di atas pastinya situasi dan pihak yang terlibat berbeda.

Teka-teki besarnya sekarang adalah, apakah Anda bisa menemukan satu hal tunggal yang mengawali dan juga mengakhiri setiap masalah? Sebagai petunjuk tambahan, hal tunggal itu merupakan hal yang sama untuk setiap jenis masalah di atas. Renungkan baik-baik. Karena memahami hal ini menjadi kunci Anda untuk menyelesaikan masalah apa pun.

Petunjuk baru lagi buat Anda, meskipun zaman sudah berkembang dan kompleksitas kehidupan manusia juga terus berganti, hal tunggal ini senantiasa menjadi awal dan akhir setiap masalah, tanpa terkecuali, dan ada sejak awal sejarah manusia hingga sekarang.

Bisakah Anda menemukannya?

Jawabannya adalah PERUBAHAN.

Setiap masalah yang lahir, selalu diawali dengan “kondisi yang dapat diterima”, yang tiba-tiba atau berangsur-angsur BERUBAH menjadi “kondisi yang tidak dapat diterima”. Setiap selesainya atau tuntasnya suatu masalah, selalu ditandai dengan pergerakan dari “kondisi yang tidak dapat diterima” menjadi “kondisi yang dapat diterima”.

Siklus Kehidupan yang Pasti Terjadi

Dengan kata lain, siklus hidup selalu berputar antara: (1) kondisi MENERIMA kenyataan, (2) terjadi PERUBAHAN, (3) kondisi TIDAK MENERIMA kenyataan, (4) terjadi PERUBAHAN, (5) kondisi MENERIMA kenyataan, (6) terjadi PERUBAHAN, dan seterusnya berulang terus hingga kehidupan ini usai. Kisah, situasi, peristiwa, dan pemerannya bisa berganti 1001 kali, tapi siklusnya tetap akan berulang seperti yang dijabarkan.

Contohnya, seorang wanita yang muda, cantik dan cerdas tiba dalam situasi hidup yang penuh sukses dan persahabatan. Tentunya ini kenyataan yang tidak sulit untuk diterima. Suatu saat, jika penampilan fisiknya berubah, atau kariernya mengalami suatu krisis, maka perubahan ini cenderung menjadi kenyataan yang lebih sulit untuk diterima. Melalui proses, upaya, doa, dan dinamika, di suatu titik dia pun akan bisa menerima kenyataan dan berdamai kembali. Namun kehidupan tidak berhenti di sini, dan tentu masih akan ada serangkaian perubahan berikutnya yang silih berganti membawanya dari kondisi “terima” menuju “tidak terima”, dan seterusnya.

Contoh lain adalah kondisi jiwa seseorang yang menjadi korban bencana alam. Dari kondisi “terima” di mana hidup baik-baik saja, tiba-tiba terjadi perubahan bencana alam yang kemudian mengakibatkan kondisi yang sulit diterima karena mungkin dia kehilangan hartanya paling berharga. Namun pada saatnya, dia kembali akan berdamai dengan kenyataan, untuk sementara waktu hingga muncul perubahan baru yang akan hadir.

Benang Merah: ‘Perubahan’ dan ‘Penerimaan’

Dalam siklus yang saya ceritakan di atas, tidaklah sulit untuk memahami bahwa hidup ini adalah dansa yang silih berganti antara perubahan dan penerimaan. Di dalam dansa abadi ini, terseliplah pengalaman rasa yang kita sebut stres, sedih, susah, bahagia, lega, kuatir, takut, cemas, sesal, damai, dll.

Pertama, marilah kita tengok mitra dansa pertama yang bernama ‘perubahan’. Perubahan adalah bagian paling alami dalam hidup. Ada datang, ada pergi. Ada untung, ada sial. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada sehat, ada sakit. Ada senang, ada sedih. Ada lega, ada beban. Ada hidup, ada mati. Tidak ada satu orang pun, termasuk orang suci sekalipun, yang bisa terbebas dari dualitas ini serta perubahan yang senantiasa terjadi.

Memang sangat wajar jika kita ingin menumpuk sehat, senang, untung, dan ingin menampik sakit, sedih dan sial. Namun kebijaksanaan jiwa sejati hanya bisa tumbuh ketika kita mengerti dan menerima bahwa kedua sisi tersebut pasti akan hadir, tidak bisa dicegah, tidak bisa dipertahankan, karena kekuatan perubahan akan selalu mengayunkan nasib kita dari satu sisi ke sisi lainnya bagaikan bandul kehidupan.

Seperti pepatah yang mengatakan “satu-satunya yang pasti dalam hidup adalah perubahan”, maka kalau kita ingin lebih mengalir dalam hidup, kuncinya adalah MENERIMA bahwa perubahan itu selalu ada, dan perubahan tersebut bisa saja berubah ke arah mana pun, kapan pun juga. Semakin cepat kita mengerti dan menerima ini, maka semakin mudah kita “mengalir” dengan hidup.

Melatih Otot Menerima

Ketika kita bisa mengerti bahwa perubahan tidak bisa kita atur-atur, atau kita kendalikan sesuai dengan kehendak dan kepentingan kita, maka kita mulai menengok ke dalam. Mencari jalan keluar dengan memperbaiki situasi di luar memang rasanya ideal, tapi tidak selalu mungkin karena situasi di luar bergantung pada banyak faktor.

Jadi, bagaimana jalan keluar dari berbagai masalah? Jalan ‘keluar’-nya adalah melangkah ‘ke dalam’. Ingat, situasi di luar tidak selalu bisa kita kendalikan. Namun menerima dan tidak menerima adalah sebuah pilihan yang kita semua miliki. Memang benar bahwa menerima bukan selalu mudah, tapi merupakan jalan keluar yang selalu realistis.

Usaha: Perlu atau Tidak?

Kalau sudah tiba pada kesimpulan bahwa hidup ini adalah pilihan antara menerima atau tidak menerima, pertanyaan alamiah selanjutnya adalah apakah usaha masih diperlukan dalam hidup? Ini barangkali merupakan suatu perenungan yang paling kontroversial.

Di satu sisi, kita punya “sistem keyakinan” yang menyatakan bahwa tidak mungkin kita bisa memperoleh apa yang kita inginkan, atau mengatasi suatu masalah, atau mengubah keadaan kalau tidak berusaha dan berupaya. Namun kita pun juga punya bukti nyata bahwa terkadang usaha pun tidak membawa perubahan hasil dan kenyataan.

Di lain sisi, ada juga yang meyakini bahwa takdir, kehendak alam dan/atau Tuhan, serta karmalah yang menentukan kenyataan. Jadi, meskipun kita berusaha, hasilnya tidak tergantung dari usaha tersebut semata. Dan lahir pulalah sikap hidup yang ingin pasrah total, sekaligus meniadakan upaya.

Terus terang, saya tidak anti pada konsep usaha dan upaya. Namun saya juga merasa bahwa kadang usaha, apalagi sampai ngoyo’, yang tidak diimbangi dengan keikhlasan dan kepasrahan, seringkali membawa rasa frustrasi dan kepedihan.

Usaha Dahulu atau Menerima Dahulu?

Jalan keluar yang paling lazim kita tempuh ketika ingin mengubah kenyataan atau menyelesaikan suatu masalah adalah pertama-tama berusaha maksimal untuk menciptakan perubahan situasi dan menerima hasil akhirnya—baik menerima dengan ikhlas maupun terpaksa.

Namun, mengingat bahwa kenyataan tidak semata-mata tergantung pada usaha kita, ada jalan lain yang tidak selalu lazim. Ini jalan yang saya sebut “ABC”. Singkatan dari “Acceptance Before Change”.

Jalan ini adalah ketika kita bisa mengerti bahwa perubahan pasti terjadi, dengan maupun tanpa usaha. Langkah pertamanya adalah menerima tanpa syarat apa pun kenyataan yang ada saat ini, apa pun perilaku dan sikap orang yang terlibat saat ini, apa pun pikiran dan perasaan kita saat ini. Apa pun perubahan yang hadir setelah kita sudah bisa menerima, jauh lebih mudah untuk menyambutnya dengan pikiran jernih dan hati yang lapang.

Saya harus mengakui bahwa ini bukan jalan pikiran yang umum. Namun bagi mereka yang sudah pernah mengalami obat ABC ini dalam hidupnya, mereka juga pernah menyaksikan betapa ajaibnya situasi bisa berubah, ketika masalah yang sedang dihadapi diterima sepenuh hati.

Saya sendiri sudah pernah melihat penyakit fisik yang berat, masalah hubungan cinta yang sudah parah, hingga kesulitan rezeki, bisa berbalik secara ajaib ketika hati sudah mencapai titik ikhlas menerima total keadaan. Ini sungguh sulit untuk ditulis. Anda perlu keberanian untuk mengalaminya sendiri.

Langkah Pertama dan Terakhir untuk Bahagia

Barangkali buah pikiran terakhir yang saya sadari tentang betapa pentingnya kita menerima segala sesuatu yang ada saat ini, sebelum perubahan bisa terjadi, adalah berikut ini: jika kita mencoba untuk mengubah diri, masalah maupun situasi melalui berbagai daya upaya, tanpa kita terlebih dahulu menerima diri sendiri apa adanya, maka meskipun situasi tersebut berhasil kita ubah, kita tidak akan pernah puas, tidak akan pernah damai, apalagi bahagia.

Dahulu, saya pikir kebahagiaan adalah mencapai apa yang saya inginkan. Namun sekarang saya melihat bahwa kebahagiaan adalah ketika tidak ada perselisihan antara keinginan dan kenyataan. Karena kenyataan tidak bisa saya kendalikan sepenuhnya, maka mengelola keinginan menjadi kunci saya untuk bahagia. Dan kunci tersebut bernama: menerima sepenuh hati.

Pilihan dan upaya tidak menghasilkan kenyataan hidup saat ini. Pilihan dan upaya adalah “permainan” yang kita perlu lakukan demi tiba pada kesiapan untuk menerima dan berserah total pada takdir, hidup, dan Tuhan.

Selamat bermain dan berdansa, para sahabatku.

Sunday, September 7, 2008

The Art of Listening to Your Own Body

Sukses, Kerja Keras, Ambisi, Motivasi, Target, Harapan dan Cita-cita.

Hidup ini kerap kita jalani setiap momentnya, penuh dengan ketegangan. Ketegangan yang dibenarkan dalam rangka mengejar sukses, rejeki dan impian.

Semua kita lakukan karena ada sebuah formula hidup yang ada dalam batin ini.

Formula tersebut berbunyi: "Sukes = Pencapaian = Kebahagiaan". Formula yang seringkali tidak kita sadari karena sudah terpatri di alam sadar ini. Yang kita sadari hanyalah ketergesaan kita setiap saat yang mengatasnamakan sukses.

Balapan Kehidupan

Bagaikan mobil balap yang sedemikian canggihnya, kita injak "Pedal Gas Kehidupan" ini sampai mentok semaksimal mungkin, karena begitu banyak yang harus kita capai, begitu banyak saingan yang haru kita dahului, dan kita begitu yakin bahwa sekali kita lengah, maka kesuksesan akan terlewat didepan hidung kita dan jatuh ke tangan orang lain. Orang lain yang lebih agresif, yang lebih ganas, lebih tangkas dan lebih gesit.

Kita harus membayar mahal untuk dunia ketergesaan dan ambisi ini. Ketika realitas hidup tidak sama dengan apa yang kita harapkan, lahirlah bebas hati, yang bahasa kerennya: Stres. Bahkan ketika stres terasa, sering kita tidak punya ide bagaimana menetralisirnya. Bahkan rasanya dalam obrolan-obrolan sambil ngopi sore hari antar sekelompok eksekutif, rasanya malu kalau dalam pekerjaannya tidak ada stres. Stres menjadi bukti bahwa kita pekerja yang gigih, lihai dan gesit.

Ketika stres mulai muncul semakin banyak, apa yang biasanya kita lakukan?. Demi "dewa ambisi dan produktivitas", kita justru berlari lebih cepat, dengan harapan bahwa stres tersebut akan terlupakan, atau berlalu karena kesibukan. Bagaikan seekor hamster yang berlari di roda yang tak kunjung henti, kita terserap dalam slogan "Jangan Berhenti, Terus Pacu Diri!".

"Semua Pasti Berlalu"

Semuanya dalam hidup adalah pilihan. Pilihan bijaksana adalah pilihan yang diambil berdasarkan kesadaran yang benar.

Hal pertama yang layak kita renungkan, apakah formula hidup diatas memang benar? Mengapa sedemikian banyak orang mencapai sukses dalam karier dan rejekinya, namun tidak bahagia juga? Apakah sukses tidak sama dengan kebahagiaan sejati?

Memang lucu tapi sangat manusiawi, ketika kita sibuk mengejar kenikmatan inderawi, dalam bentuk karier, rejeki dan sukses, seringkali rasa bahagia yang datang bersifat hanya sesaat.

Dan sesuai dengan hukum alam, bahwa "semua pasti berlalu" dan tidak ada yang kekal, maka ketika kenikmatan inderawi ini hilang, baik karena kita bosan dengannya maupun lenyap dari hidup kita, maka bukan bahagia yang kita rasakan tapi justru stres dan penderitaan.

Kebahagiaan tersebut menjadi tidak membebaskan justru memenjarakan kita, karena kembali kita harus berpacu untuk mengejar hal berikut yang akan memuaskan kita. Ini yang saya sebut sebagai ketidaksadaran.

Kesehatan Tubuh pun menjadi Korban

Adakah pilihan lain yang lebih sehat, baik dan bijaksana? Mungkin saja, namun agaknya pilihan tersebut tidak akan terlintas dibenak kita, ketika kita begitu sibuk dalam "pacuan roda hamster" yang kita jalani siang dan malam.

Bahkan ketika kelelahan tersebut memuncak, energi kita untuk menjalani hidup semakin tipis, toleransi akan berbagai perubahan semakin berkurang, kecendurangan kita untuk menjadi emosional pun muncul, dan lama kelamaan tubuh mulai angkat bicara.

Sadarkah anda bahwa setiap saat tubuh anda bisa berkomunikasi dengan anda?. seringkali tubuh memberikan isyarat "Lapar..lapar..", atau "Letih...letih...", atau "Mohon berhenti, rileks...". Bila kita bersedia untuk berhenti sejenak dari pacuan hidup serta berbagai pelarian yang biasa kita gunakan, mungkin kita lebih mampu mendengar diri sendiri.

Sementara ketika kita gagal mendengarkan isyarat alamiah dari tubuh, gejala penyakit mulai muncul. Dari mulai sulit tidur, sakit kepala, turunya daya tahan tubuh dan stamina, ketegangan otot dan saraf, serta berbagai penyakit kronis lainnya yang lebih serius, seperti hipertensi, diabetes, dan lainnya, seolah-olah menjadi panggilan terakhir dari tubuh yang sudah putus asa memberikan isyaratnya kepada kita. Sebagian besar kita sudah tahu teori bagaimana memelihara kesehatan. Pertanyaan besarnya adalah : Sadarkah Anda?.

Wednesday, September 3, 2008

Forgiving Ourselves

Forgiveness is our compassionate acceptance of reality,
not the approval of how things should be or should not be.
It is the gentle and profound surrendering of whatever should be happening in our lives,
into accepting the perfection of what is now happening.

Menjelang ramadhan dan juga Idul Fitri, kita kebanjiran sms, e-mail dan juga percakapan dari mereka yang terpenting dalam hidup anda. Kurang lebih intinya, "Maafkan ya, atas mungkin segala kesalahan atau kekurangan yang pernah saya lakukan." Bahkan ini tidak hanya terbatas pada umat yang berpuasa dan merayakan Idul Fitri saja, umat nonmuslim pun seringkali memanfaatkan suasana ini untuk meringankan hatinya dengan saling bermaaf-maafan.

Apakah kita sempat berhenti sejenak untuk memahami arti kata "maaf" tersebut?. Kerika kita sibuk membalas puluhan bahkan ratusan sms dengan kata-kata indah yang berintikan maaf, apakah dalam hati kita benar-benar berproses dan memaafkan orang tersebut?. Ataukah ini hanya bagian dari ritual dan kebiasaan yang ada dalam suasana saja?. Suatu "mata uang" sosial yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Jawaban jujurnya, hanya kita yang tahu masing-masing nurani kita.

Ketulusan vs Keterpaksaan

Memang sudah saatnya membedakan bahwa ritualitas tidak selalu berarti sama dengan spiritualitas. Ketika kita melakukan sesuatu, belum tentu ketulusan hati dan niat berdiri di baliknya. Bisa juga keterpaksaan, atau kebutuhan untuk diterima, atau takut tidak harmonis dengan orang lain, menjadi motor di balik berbagai kata-kata, ucapan dan tindakan kita.

Bisakah kita mundur beberapa langkah dari kebiasaan ini untuk sejenak?

Hidup adalah Tergantung Diri Sendiri

Sebelum mencapai tindakan memohon maaf dan memaafkan orang lain, sudahkah kita lakukan proses maaf bagi diri sendiri secara tulus?. Apakah benar bahwa perasaan kita, baik senang atau sedih, bisa berubah akibat oranglain?. Bukankah sebenarnya seluruh hidup kita, baik atau buruk, tergantung dari bagaimana kita sendiri menjalaninya?. Betapa tidak adilnya kita menyalahkan orang lain, ketika kitalah sebenarnya yang palung berperan dalam hidup sendiri. Sudahkah kita memohon maaf dan memaafkan diri sendiri atas berbagai "Penjara Batin" yang kita ciptakan? Yang menjadi akar dari segala keluhan, sters dan penderitaan kita sendiri?

Stres bukanlah tentang gagalnya karier, cinta atau kesehatan. Stres adalah ketidakmampuan kita menerima kenyataan saat ini. Kita menjadi terbebani karena kita memaksakan bahwa keinginan kita yang harus menjadi kenyataan, padahal realitasnya tidak selalu sama. Bisakah kita melatih hati untuk menerima kenyataan dengan tulus?.

Sibuk Mengurus dan Memperbaiki Orang Lain

Ketidakmampuan kita untuk menerima diri sendiri apa adanya jugalah yang membuat kita terkadang begitu bernafsu untuk mengubah perilaku dan hidup orang lain, yang sejujurnya..bukan urusan kita. Namun karena kita tidak tahan menyaksikan mereka, perasaan kita disalurkan melalui upaya untuk mengubah dan memperbaiki orang lain. Sungguh tidak realistis, buat kita maupun mereka.

Siapakah orang yang paling penting dalam hidup kita? Mungkinkah pasangan hidup anda? Anda? Sahabat? Keluarga? Rekan Kerja?

Merekalah biasanya pihak-pihak yang menjadi sasaran kita, dengan dalih niat baik, kita menghabiskan begitu banyak pikiran, ucapan dan tindakan. Memeras energi untuk memperbaiki hidup mereka, agar mereka lebih bisa anda terima apa adanya. Sudahkah kita memaafkan diri sendiri atas ketidakmampuan kita untuk mencintai mereka apa adanya?. Dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka, yang
by the way, kita juga miliki?

Tidak Pernah Menang Melawan Kenyataan, Tapi Terus Bertempur

Bisakah kita menolak kenyataan yang sudah terjadi? Pernahkah kita menang, kapanpun kita melawan realita? Mungkin seandainya hal-hal ini kita resapi sepenuh hati, maka kesadaran dan ketulusan lebih muncul dalam diri kita.

Mungkin kita tidak perlu memaafkan lagi, karena kita memposisikan hati untuk senantiasa tulus, ikhlas dan bahagia. Bisakah kita berhenti sejenak, memaafkan diri sendiri, dan berdamai dengan kehidupan kita, saat ini?

Saturday, August 2, 2008

Cegah Kanker Payudara, SADARI Sekarang!

Bolehlah bila kanker payudara disebut sebagai momok bagi kaum wanita karena kanker ini akan terus menghantui sepanjang hidupnya. Apa yang bisa kita lakukan? Lakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara masih menduduki tingkat kedua setelah kanker mulut rahim. Namun, data di Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2003 menemukan bahwa kasus kanker payudara sudah melebihi jumlah kanker mulut rahim (serviks).

Menurut dr Noorwati Sutandyo, SpPD, kanker payudara adalah tumbuhnya sel abnormal di payudara yang tidak mengenal batas volume serta bisa menyebar. "Benjolan di payudara disebut jinak jika tetap di situ, dan ganas jika menjalar ke tempat lain, seperti ke paru-paru, hati, tulang, atau otak," kata dokter yang menjadi staf pengajar di Subbagian Hematologi-Onkologi Klinik FKUI/RSCM.

Ada beberapa penyebab kanker payudara, yakni faktor genetik atau keturunan, faktor hormon, pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat, alkohol dan rokok, serta faktor lain seperti kegemukan, usia yang semakin tua, serta riwayat mempunyai tumor jinak. "Biasanya seorang perempuan tidak merasakan gejala apa pun. Namun ketika tumor semakin besar, barulah muncul gejala-gejala," papar Noorwati.

Gejala paling umum adalah:
1. Muncul benjolan di payudara yang permanen, terdapat perubahan bentuk dan ukuran payudara, benjolan di sekitar ketiak.

2. Kelainan kulit berupa ruam pada kulit di sekitar payudara, areola atau puting terlihat bersisik, memerah, dan bengkak. "Tanda ini terkadang sering disangka sebagai eksim," kata Noorwati.

3. Kelainan puting, yakni keluar cairan dari puting susu, puting susu menjadi lunak. Oleh karena itu Noorwati mengingatkan agar kita perlu mewaspadai jika menemukan bercak di pakaian dalam.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya? "Agak sulit mencegahnya. Santai saja, hiduplah dengan tenang, seimbang antara kerja, olahraga, dan rekreasi. Juga jaga pola makan yang sehat," ujar Noorwati.

Deteksi, Deteksi
Menurut Noorwati, kanker payudara yang diketahui baru pada stadium satu kemungkinan sembuhnya lebih tinggi dan tidak perlu dilakukan operasi pengangkatan payudara. Itu sebabnya, deteksi sedini mungkin sangat penting. Cara paling mudah dan murah untuk mendeteksi kanker ini adalah melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari).

Sadari dilakukan pada 7-10 hari seusai menstruasi karena pada saat itu payudara terasa lunak. Dalam posisi berbaring atau berdiri, kita bisa meraba dengan tiga jari (telunjuk, tengah, dan jari manis) secara lembut ke payudara.

Jika menemukan benjolan atau kerutan, bentuk payudara tidak simetris, kulit berubah seperti kulit jeruk, dan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, segera periksakan ke dokter.

"Tujuan dari Sadari secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat diketahui segera," kata Noorwati.

Friday, February 8, 2008

08-02-08

Hmmm,,gara-gara menyebut kata mandalawangi,,aku jadi teringat puisi yang ada di film SOE HOK GIE. entahlah, kok bisa suka banget nonton film ini, berkali-kali aku menonton, tapi ga pernah bosen juga,,sampai-sampai aku hafal puisinya,,

Puisi Soe Hok Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mendalawangi.

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu siapa pun tahu.

Mari sini, sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa.

CAHAYA BULAN

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan pelan di Lembah Kasih
Lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap
Kau dekaplah lebih mesra
Lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagaikan letusan berapi
Membangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

Eidelweis

Hmm..pasti kita semua sering mendengar bunga eidelweis disebut sebagai bunga abadi? Sebenarnya apasih bunga eidelweis itu? dan kenapa pula disebut bunga abadi? Bunga Eidelweis itu adalah tumbuhan yang banyak terdapat di daerah pegunungan. Ia hanya dapat tumbuh di daerah dataran tinggi. Edelweis mempunyai nama latin, yaitu Anaphalis javanica. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan memiliki batang sebesar kaki manusia. Saat ini, tumbuhan eidelweis sudah menjadi tumbuhan langka karena ia sering dipetik atau diambil oleh para pendaki gunung yang tertarik dengan kecantikan bunga tersebut. Bunga eidelweis sering juga disebut bunga abadi karena setelah dipetik eidelweis tidak akan layu.

Eidelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya. Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik (Myophonus glaucinus).

Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat dihadapi. Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi pengambilan bunga eidelweis yang terdapat di pegunungan. Hmmm...cuma sedikit sih yang saya tahu tentang bunga itu, tapi mudah-mudahan saja bisa bermanfaat buat kalian semua, jadi kita bisa ikut untuk melestarikannya. Sayangkan kalau bunga eidelweis sampai punah, padahal bunga eidelweis itu indah banged loh, Huhhffff,,jadi kangen sama lembah mandalawangi dan surya kencana, disana ada view hamparan luas padang bunga eidelweis yang indah banget.

Friday, January 11, 2008

SELAMAT TAHUN BARU 1429 HIJRIAH

Semoga di tahun yang baru ini, kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba yang patuh dan taat kepada sang pencipta kita. Amien ya rabbal alamin.

Perempuan

Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partner yang sepadan.

Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga dibelakang saat engkau berada didepan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu.


Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki; perasaan, emosi, kelemah lembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal sepele, sehingga ketika laki-laki itu tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya, sehingga tanpa kau sadari, ketika kau menjalankan sisa hidupmu, kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya disisimu.


Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan. Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki, tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinya, karena ia ada untuk dilindungi, tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosi.


Ia tidak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya, kata-kata yang lembut, ungkapan-ungkapan sayang yang sepele, namun baginya sangat berarti, membuatnya aman didekatmu.


Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang, seperti juga didalam kelembutannya disitulah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun.


Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari hidupnya, tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya, karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki, apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya. Namun ikatan emosi kepada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan disana, karena mereka ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga, karena kau dan dia adalah satu, dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya. Ketika pertandingan dimulai, pastikan dia ada di bagian lapangan yang sama denganmu.